Kamis, 22 Maret 2012

SEJARAH PROPAGANDA

SEJARAH  PROPAGANDA

Kegiatan Propaganda di masa Kerajaan Persia Kuno

Propaganda sudah ada sejak awal terdokumentasinya sejarah manusia. Contoh awal propaganda bermula dari  Inskripsi Behistun (515 SM) yang menggambarkan kenaikan Darius I ke tahta Persia

Inkripsi Behistun adalah sebuah otobiograpfi yang ditulis atas perintah Darius I,  yaitu otobiografi mengenai dirinya dan berbagai keberhasilan pembangunan, baik di bidang ekonomi, politik, militer dan lain lain. Semuanya menggambarkan bagaimana sosok sebenarnya dari Darius I dan kepemimpinannya.
Pembahasan propaganda secara detail termasuk cara penyebaran propaganda dan pemakaiannya dalam peperangan ditulis oleh Chanakya (350-283 SM) seorang professor dari Universitas Takshashila yang berjudul Arthashastra. Selanjutnya menurut  Chanakya, salah seorang muridnya yang bernama  Chandragupta Maurya (340-293 SM) menggunakan cara cara ini untuk mendirikan dan menjadi pemimpin Kekaisaran Maurya. Sebagai pendiri kekaisaran Maurya, Chandragupta berhasil menyatukan hampir seluruh sub benua India dan ia dianggap sebagai penyatu India yang pertama.
Tulisan karya penulis Romawi Kuno, seperti Livy (59 – 17 SM) dianggap sebagai suatu karya yang hebat tentang propaganda pro Romawi. Contoh lain adalah The War of the Irish with Foreigners abad ke 12   yang oleh para  Dal gCais yang menggambarkan mereka sebagai penguasa sejati Irlandia.

Kegiatan Propaganda pada Zaman Mesir Kuno

Menurut Paul Brunton dalam karangannya yang berjudul “The Secret of Egypt’, menyatakan bahwa masyarakat Mesir kuno berkeyakinan bahwa rajanya adalah Keturunan Dewa Matahari yang diberi nama RA. Karena itu tidak mengherankan bahwa setiap pagi rakyat Mesir Kuno memberi hormat kepada matahari.
Raja Mesir yang disebut secara umum Pharao atau Firaun mempunyai kekuasaan yang luar biasa. Untuk itulah, maka makam makam raja Mesir dibuat sedemikian rupa yang dikenal dengan nama Piramida. Diantara sekian banyak Piramida, maka piramida di Giza tempat bersemayamnya jasad raja Khupu atau Cheops yang memerintah pada tahun 2590 sampai dengan 2568 SM adalah merupakan piramida terbesar. Disamping itu masih terdapat patung dari Raja Ramses II yang dibuat sekitar 3200 tahun yang lalu yang terdapat di padang pasir Nubia. (sewaktu pembangunan bendungan Aswan, patung ini dipindahkan lebih kurang 220 feet dari tempat aslinya.


Ditinjau dari segi Ilmu Komunikasi, maka piramida, mummy  dan patung yang telah dibuat ribuan tahun yang lalu adalah  merupakan lambang lambang propaganda, baik dilihat dari segi kebudayaan, peradaban, otoritas maupun kebesaran pemerintahan  Mesir Kuno.

Kegiatan Propaganda pada Zaman Yunani Kuno

Di masa Yunani Kuno para pengajar propaganda adalah  Corax dan Tisias, dinyatakan demikian karena mereka berdua inilah yang meletakkan dasar ilmu rethorica pada waktu itu, yang kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan situasi yang berpengaruh terhadap ilmu tersebut.
Selanjutnya Aristoteles melengkapi karya Corax dan Tisia dengan pendapat dan pandangannya yang antara lain menyangkut kepada aspek kejiwaan. Aristoteles memusatkan pandangannya kepada aspek Emosi sebagai tujuan dari Rethorica.
Ahli rethorica terbesar pada waktu itu adalah Georgias dari Leontini yang datang di Athena pada tahun 427 SM. Sedangkan ahli rethorica yang sangat berpengaruh karena menerapkan teknik “appeal to emotion” adalah Thrasy Macines Prodicius yaitu tentang pilihan kata kata yang tepat untuk dipergunakan; Theodorus  dari Byzantium dengan tekniknya mengklasifikasikan bagian pidato yang harus ditonjolkan dan Antipan yang berhubungan dengan model model pidato.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pada masa sebelum tahun masehi, para ahli rethorica telah berusaha untuk memfokuskan berbagai aspek yaitu :
1.       Keilmiahan dalam Rethorica.
2.       Appeal to emotion
3.       Pemilihan kata kata yang tepat/serasi
4.       Klasifikasi terhadap bagian bagian penting dari suatu pidato.
5.       Penyajian model model pidato.
Dengan kata lain di masa Yunani, pidato merupakan sarana propaganda yang penting telah mendapat perhatian dan pengkajian yang luas dan mendalam.

Patung Aristoteles.





















Plato (428-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM merupakan dua filsuf Yunani terbesar yang telah memberikan perhatian besar terhadap kegiatan propaganda.
Plato (428-347 SM)

Plato dalam karyanya “Republica” telah mengemukakan saran saran yang terperinci mengenai “apa yang boleh” dan “apa yang tidak  boleh” dikatakan kepada penduduk mengenai gagasan tentang “City state” yang dicita citakannya.  Tujuan dari saran itu adalah untuk menjamin kesetiaan penduduk, dengan alasan agar mereka tidak mendengar pandangan dan pendapat lain, kecuali dari pihak pemerintahnya.
Oleh karenanya Plato dapat dianggap sebagai orang pertama yang menganjurkan adanya “sensor” untuk kepentingan keamanan Negara. Karena gagasan inilah menyebabkan Plato menjadi korbannya.
Aristoteles dalam karyanya “Rethorica” telah menjadikan buku Republica karya Plato tersebut  sebagai pedoman untuk propaganda yang pertama, yaitu sarana sebagai alat untuk membujuk dengan menggunakan Rethorica atau seni berpidato.
Walaupun pada awalnya seni berpidato itu oleh Aristoteles hanya  digunakan dalam sidang sidang pengadilan yang berfungsi untuk menghukum dan membela, namun kemudian penggunaannya berkembang di bidang politik dengan fungsi untuk melakukan pembujukan terhadap rakyat banyak agar dapat menerima pandangan dan pendapat pembicara. Selain itu juga bertujuan untuk menghilangkan kepercayaan penduduk umum terhadap pihak lawan.

Kegiatan Propaganda pada Zaman Romawi

Salah satu kegiatan propaganda di zaman Romawi dalam usaha mempengaruhi pendapat umum adalah menyelenggarakan acara arak arakan yang disebut “Triumph”, yaitu satu acara arak arakan bersifat pesta ria/festival untuk menyambut kemenangan para Panglima Roma yang kembali dari peperangan  dengan membawa hasil kemenangan berupa segala harta rampasan dan budak budak sebagai tawanan.
Penyelenggaraan “Triumph” dimaksudkan untuk mempengaruhi penduduk Roma tentang kebesaran  dan kkeagungan imperium Romawi.


Dalam perkembangan sejarah agama Kristen telah timbul bentuk kegiatan propaganda yang lain, yaitu berupa kegiatan para Apostel yang memasuki dan menjelajahi daerah daerah diseluruh penjuru angin dengan menghotbahkan kebesaran dan kesucian tuhan.
Salah  satu episode yang terpenting dalam kegiatan Propaganda di zaman itu adalah dibentuknya suatu Majelis Tabligh di kota Roma oleh Paus Gregoreus XV pada tahun 1622, yang disebut “Sacra Congregatio de Propaganda Fide” (Majelis Suci untuk mempropagandakan Agama). Di majelis berkumpul para cardinal yang bertugas merumuskan metode untuk kegiatan Propaganda Agama dan mengawasi buku buku Liturgis serta membahas laporan laporan para uskup dan pejabat pejabat agama lainnya di luar negeri.
Menurut L Fraser dalam bukunya “Propaganda" mengemukakan bahwa yang membentuk majelis tersebut adalah Paus Gregorius XIII, sedangkan Emory S Bogardus dalam tulisannya yang berjudul “The Making of Public Opinion” menyatakan bahwa yang membentuk majelis tersebut adalah Paus Gregorius XV  pada tahun 1622.
Adanya penyebaran agama dengan bentuk dan pola kegiatan Propaganda tersebut diatas, disebabkan ketika aliran Katholik tengah menghadapi dua hal penting dalam sejarah perkembangannya, yaitu tentangan dari kaum reformis (aliran Prostestan) dan penyebaran agama di negeri  lain yang baru ditemukan sebagai hasil berkembang ilmu dan pengetahuan di Eropa.
Pada abad ke 17 telah berkembang kegiatan propaganda dengan cara yang baru dengan ditemukannya alat/mesin cetak  Para Kaisar pendukung aliran Katholik menggunakan surat selebaran  yang berisikan seruan kepada  para pangeran beserta pengikutnya pendukung aliran Protestan agar menghentikan perjuangan mereka, karena hanya akan sia sia  dan sebaiknya menyerah segera. Thema kegiatan propaganda semacam ini kita kenal sebagai Psychological Warfare.

Kegiatan Propaganda Zaman abad ke 19

Pada abad ke 19 tercatat tiga macam perkembangan dalam bidang propaganda, yaitu :
1.      Propaganda di masa berkuasanya Napoleon Bonaparte, sebagai Kaisar Perancis tahun 1804 sampai dengan 1815.
Di masa keemasannya, Napoleon Bonaparte melancarkan propaganda yang bertujuan menumbuhkan pendewaan terhadap dirinya, baik di Perancis sendiri, maupun di daerah daerah yang dikuasainya di Eropa.
Pada awalnya, usaha propaganda seperti ini berhasil. Ia dipuja bukan saja sebagai seorang militer yang jenius, tetapi juga sebagai seorang Pembebas yang Agung. Akan tetapi setelah ia menyatakan dirinya sebagai Kaisar Perancis, maka nama harumnya makin berkurang dan terus memudar. Para pemujanya mulai menjauhinya, termasuk Ludwig van Beethoven seorang komponis termasyhur.

Titik berat kegiatan Propaganda di masa Imperium Napoleon Bonaparte adalah penekanan terhadap kebebasan kebebasan mengeluarkan pendapat, khususnya penyampaian pemberitaan dan pendapat melalui sensor yang ketat.



 Napoleon Bonaparte (1769-1821);
Masa berkuasa 1804-1815.
Sumber : http//www.oceanbridge.com




George Washington
Sumber : www.wordpress.com



2.      Propaganda dalam Perang Saudara di Amerika tahun 1776 sampai dengan 1778.

Kegiatan propaganda pada waktu berlangsungnya Perang Saudara  di Amerika Serikat tahun 1776-1778 adalah hal yang menarik untuk dikaji. Pada waktu itu kedua belah pihak yang berperang, baik Pihak Utara maupun Pihak Selatan berusaha untuk membujuk pihak luar, khususnya Inggris, dengan tujuan untuk mendapatkan bantuan dan simpati yang diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan perang tersebut.

Pihak Selatan dengan sengaja menyebarkan desas desus tentang kekejaman orang Negro yang bangkit memberontak terhadap orang kulit putih. Tujuan rumor ini adalah untuk membangkitkan rasa sentiment (Hate Rumor) di kalangan orang orang Inggris yang mempunyai keluarga di benua Amerika.

Di masa itu propaganda dengan menggunakan rumor merupakan kegiatan yang khas di Amerika, bahkan George Washington sendiri, tanpa ragu ragu ragu ikut serta dalam kegiatan penyebaran rumor tersebut.

Washington menganjurkan kepada kawan seperjuangannya, agar penyebaran desas desus itu dilakukan dengan cara bercerita di rumah rumah makan dengan pura pura merahasiakannya, tetapi cukup jelas didengar oleh para pelayan dan membiarkan cerita yang dibuat buat itu menyebar dengan sendirinya.

3.      Tumbuhnya Commercial Propaganda yang modern.

Pada akhir abad ke 19, media massa mulai berkembang dengan pesat. Munculnya surat kabar dan film, yang kemudian disusul oleh terciptanya pesawat radio pada tahun 1920.

Media massa baru tersebut merupakan saluran yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan komunikasi massa, seperti Publicity, Advertising, Penerangan, Public Relations, Propaganda dan lain lain.

Propaganda komersial adalah untuk kepentingan barang barang produksi.

Kegiatan Propaganda Zaman Perang Dunia

Dalam Perang Dunia yang pertama dan kedua, pihak pihak yang berperang semakin lama semakin tersesat dalam melancarkan  kegiatan propagandanya masing masing, sehingga akhirnya para propagandis tidak lain adalah hanya seorang pembohong, yang memutarkan balikkan fakta serta memalsukan keadaan dan membuat cerita palsu.
Setelah perang berakhir, para propagandis Sekutu/Allied Forces yang menyebut diri mereka sebagai “Produk dari Rasionalisme” menjadi muak terhadap gejala yang tidak sehat tersebut. Mereka begitu terperanjat ketika menyadari bahwa kegiatan mereka itu adalah sangat buruk. Beberapa diantara mereka membuat “autobiographis” yang menceritakan tentang kegiatan mereka di bidang propaganda.
Menurut William Albig bahwa , penulis dari  “Falsehood in War time”, Sir Arthur Ponsonby, dengan menyesal mengungkapkan bahwa di masa peperangan, maka hal kebenaran dan kejujuran merupakan korban pertama. Kepalsuan adalah senjata yang paling ampuh dalam peperangan dan tiap Negara menggunakannya secara terang terangan untuk menipu rakyatnya sendiri, menarik kaum netral dan untuk menyesatkan musuh.

2 komentar: